Bagi yang suka makan di luar rumah pasti larinya beli di rumah makan, resto depot atau malah ditempat lain yang penting enak. Bila enak wajar lah dijadikan langganan, tapi sebagai seseorang yang sering wisata kuliner aku menemukan hal yang aneh pada penjual-penjual hampir kebanyakan disini. Apa itu? Pengurangan rasa makanan bila sudah laris. Ternyata itu bukan sekedar mitos, tapi memang benar adanya. Aku punya langganan resto, depot yang sudah punya nama bahkan emperan yang ternyata kebanyakan yang aku jadikan langganan melakukan pengurangan rasa.
Jadi pertama beli rasanya enak banget, pas kesana Lagi-lagi dan berkali-kali ternyata kurang enak, nah gini kan kasian konsumen dirugikan. Lagian melakukan itu memang untung tambah banyak? Gak juga, buktinya yang rasanya stabil tetap seperti dulu ada dan terlihat penghasilannya lebih dari cukup. Nah gak di kurangi saja sudah untung banget kenapa harus dikurangi rasanya? Pasti selisih gak begitu banyak ya kan. Jadi kalau segitu takarannya bumbu sudah dapat untung, kenapa di kurangi?
Kan konsumen kasian. Dan anehnya gak sedikit juga hal ini dilakukan setelah bertahun-tahun jualan. Dari dulu sudah laris kenapa baru sekarang berubah rasanya? Kan aneh itu. Aku saja sampai ninggalin langganan lamaku karena rasanya gak kayak dulu. Lah bayar mahal - mahal rasanya emperan ya mending di emperan saja sekalian kan. Aku sempat nyoba berkali-kali memberi kesempatan siapa tau sudah balik atau normal masakannya dan ternyata sama saja tetap jagi gak enak dan aku gak kesitu lagi akhirnya.
Gak enaknya penjual disini ada yang curang begitu. Padahal kalau rasanya enak dan stabil pasti banyak yang balik plus pelanggan juga pasti bertambah. Jangan kalau sudah banyak pelanggan eh rasanya di kurangi. Aku gak habis pikir-pikir kenapa sampai begitu. Kalau bahan serba naik kan ya di naikin juga harga makanannya gak masalah kan memang ada kenaikan harga. Jadi konsumen memaklumi, kalau gak di naikan harganya tapi rasa di kurangi, lidah rasanya jadi kan kurang puas.
Jadi ini masih jadi tanda tanya besar di kepalaku kenapa sampai ada pengurangan rasa, toh masih untung dan untungnya gak sedikit. Dari jualan minumnya saja sudah untung banyak, belum lagi keuntungan jual makanannya. Pasti banyak kan, rata-rata yang pedagang makanan kalau laris kan pastinya lebih baik dari pekerjaan di pabrik atau kantoran. Aku tau soal tetangga ada yang sukses dan penghasilan di atas rata-rata hanya dengan berdagang. Jadi pengunjungnya rasa kalau menurut pemikiranku ya gak begitu signifikan dapat untung lebihnya, lalu kenapa di lakukan ya?
Apa dari guru spiritualnya harus begitu ya? Hehehe soalnya gak sedikit buka rumah makan masih memakai jasa orang pintar (pintar perdukunan hehehe). Aneh-aneh saja ya, sahabat pembaca sekalian ada yang bisa kasi jawaban? Silahkan di tulisan di komentar. Sebagai Penikmat kuliner dan yang biasanya enak jadi gak enak karena pengurangan rasa aku amat kecewa, karena makanan enak itu jadi gak bisa di nikmati lagi. Lah yang jualan sudah merubah rasanya sih. Di tempat lain di belahan Negri ini juga ada yang begitu? Silahkan di ceritakan juga ya. Salam
Apa dari guru spiritualnya harus begitu ya? Hehehe soalnya gak sedikit buka rumah makan masih memakai jasa orang pintar (pintar perdukunan hehehe). Aneh-aneh saja ya, sahabat pembaca sekalian ada yang bisa kasi jawaban? Silahkan di tulisan di komentar. Sebagai Penikmat kuliner dan yang biasanya enak jadi gak enak karena pengurangan rasa aku amat kecewa, karena makanan enak itu jadi gak bisa di nikmati lagi. Lah yang jualan sudah merubah rasanya sih. Di tempat lain di belahan Negri ini juga ada yang begitu? Silahkan di ceritakan juga ya. Salam
No comments:
Post a Comment