Thursday, May 10, 2018

Kisah sisi lain perjalanan kulinerku : Pentol/Cilok Wak Kek


Dulu saat Risdiken masih SD seneng banget makan cilok atau di sini di sebut pentol (sampai sekarang suka sih wkwkwkwk). nah salah satu pentol yang enak dan terkenal rasanya adalah pebtol Wak Kek (Pak Kek). entah nama aslinya siapa, tapi warga menjulukinya begitu. gak nyangka Wak kek ini cukup berumur, bahkan beliau lahir sebelum Indonesia meredeka yaitu tahun 1942 alias sudah berumur 76 tahun. yang bikin Risdiken menulis ini adalah beliau 20 tahunan lalu di isukan meninggal. dulu bila wak kek ini lewat tentu gak sedikit yang beli, selalu laris. 

dari sekolah Risdiken dulu pulang, agak siang dikit Wak Kek keliling beberapa desa untuk melanjutkan jualannya. bunyi klintingannya khas dan gerobaknya di bawa dengan sepeda onthel. bumbu kacang dengan pentolnya bisa pas enak banget saat itu. lalu tib-tiba saja saat itu wak Kek gak jualan lagi. ada apa gerangan? lama banget gak jualan, beberapa tahun berlalu ya kami semua mengiranya meninggal dunia. bahkan ada yang berani ngomong memang beneran mati karena sakit. wah pentol se'enak itu sudah gak bisa aku nikmati untuk selamanya pikirku saat itu. 

kini yang tersisa pentol Wak Bukhori yang terkenal, walau orangnya sudah meninggal, anak-anaknya meneruskannya dan sukses, semua anak dan menantunya jualan pentol dengan khas rombong wak Bukhori menandakan cabangnya. dan gak sia-sia laris manis jualan pentolnya dan menyebar di beberapa lokasi di daerah tempatku tinggal. ya Risdiken gak janji bila memungkinkan aku bikin juga bahasannya ya, kembali ke Wak Kek ya. gak kerasa 20 tahunan telah berlalu, aku dan saudaraku rider MX-King nostalgia ngomong masa lalu termasuk pentol Wak Kek ini dan di samping ada teman yang jadi freelance di tempatku kerja. 

Aku : "sayang sekali ya Wak Kek sudah gak ada, padahal pentolnya nikmat banget."

lalu si Mas Ivan temanku tadi bilang : "lho, Wak Kek yang rumahnya Kedung Cangkring itu?"

aku : "iya"

 Mas Ivan : "kamu ngawur Ris, orangnya gak mati kamu bilang mati gimana sih? sampai sekarang masih jaulan!"

Aku : "lah sudah 20 tahun lalu meninggalnya, pasti beda orang itu, bahkan tetangga ada yang berani bersaksi. kalaupun hidup pasti masih jualan di sini sampai waktu cukup lama. toh disini laris gak mungkin gak kesini bila jualan."

Mas Ivan : "ya mau jualan di tempatmu bagaimana bisa? lah di tempatku sudah terjual habis!"

AKu : "ah gak mungkin mas, itu mungkin sama-sama desa Kedung Cangkringnya dan kebetulan namanya sama, toh luas desa itu"

Mas Ivan : "eeeh di omongin gak percaya, buktikan saaj sendiri sana!"

kamipun lanjut ngbrolin wak Kek bertiga. aku dan saudaraku sekukuh dan yakin wak Kek sudah Meninggal. dan aku bertekad buktikan, selalu lewat jalan di dekat mas Ivan yang katanya di lewati wak Kek dan nyatanya gak pernah ketemu. itu berlangsung hingga 1 tahunan kalau gak salah dan aku membuktikan gak ada orang jualan di situ jadi sama saja hoax beritanya dari mas Ivan ini. eh gak nyangka ada orang jualan pentol di situ pas suatu ketika lewat beberapa bulan lalu. dan aku mau beli tapi kurang menyakinkan rasanya, gerobaknya saja kayak lusuh gitu.ya kasian juga sudah tua, beli saja deh. 

kemudian saat membelinya di pikiranku tersirat kemungkinan ini orang yang di bilang mas Ivan sebagai Wak Kek, nama boleh sama tapi gak mungkin orang yang aku maksud dulu karena sudah meninggal. ya aku tanya-tanya rumahnya mana? dia menjawab Kedung Cangkring. wah ini nih, bisa jadi orang ini yang di kira Wak Kek oleh Mas Ivan, eh gak lama ada orang lewat menyaba : "Wak kek". nah bener kan, ini yang di kira wak Kek yang jualan di tempatku oleh mas Ivan. ya aku gali terus pertanyaan, demi pertanyaan untuk pembuktian dia orang yang berbeda. 

tapi hasilnya bikin aku merinding. terbukti dia memang Wak Kek yang di kira orang-orang meninggal di tempatku! sumpah saat itu sangat gak nyangka banget, ternyata itu fitnah belaka kalau wak Kek mati. eit tunggu dulu bro, kok bisa sampean gak kenal bila memang orang itu? dan dari rasa pentolnya kan bisa tau. nah gini bro, kan sudah 20 tahunan gak ketemu, dulu tubuhnya tinggi besar dan kekar, suaranya lantang keras banget jadi ciri khasnya. saat itu usianya masih 50 tahunan sedangkan sekarang sudah 76 tahun tubuhnya menyusut jadi pendek dan kecil, makanya aku awalnya gak percaya itu Wak Kek, tapi dari ngomongnya telah terbukti, dia ingat pernah jualan di tempatku dan sudah gak jualan lagi di sana karena belum sampai sana sudah habis seperi kata mas Ivan. 

dan gak itu saja semua pertanyaan dan teka teki untuk membuktikan itu wak kek memang berhasil beliau pecahkan dan asli 100% orang yang sama cuma perawakan saja berubah karena termakan usia dan ganti gerobak kan sudah lama banget gerobaknya. dari rasa aku juga gak kenal karena rasanya berubah dari yang dulu. tapi bagi yang tiap hari beli dari 20 tahun lalu rasanya gak berubah katanya, karena itu perbuahannya sedikit-demi sedikit orang-orang gak kerasa bila ada perubahannya. lah Risdiken inget betul kok rasanya walau sudah puluhan tahun. di otak teringat jelas. kemudian saat beliau bicara memang gak lantang kayak dulu, tapi saat bicara walau gak keras yeah aku inget, suaranya begini cuma gak sekeras dulu, ngomongnya juga khas jadi keinget betul. 

kedua topinya itu dari tahun 70an sampai sekarang masih sama, di pakai terus. ya aku akhirnya ngobrol panjang lebar dan menjelaskan kalau beliau di isukan meninggal karena gak jualan di sana dan beliau menjelaskan alasannya gak jualan di sana. memang sempat behenti, dan saat isu itu memang istri dan anaknya meninggal, tapi wak keknya sendiri masih hidup dan di isukan wak Kek yang meninggal. aku terkejut lihat wak Kek masih hidup, tetangga aku kabari dan shock asli gak nyangka. bahkan ada yang bersyukur karena masih hidup walau di katai orang sudah mati. risdiken asli gak nyangka, tapi fakta membuktikan memang masih hidup, kejutan banget. 

omongan mas Ivan terbukti, setiap lewat dan ketemu wak Kek, telat dikit habis gak sampai 1 jam. walau gak se'enak dulu tapi tetap saja masih enak dan terus terjual habis setiap hari bila jualan di situ. aku sedihnya wak Kek yang dulunya gagah dan tinggi besar, ini beliau tubuhnya mengecil, makanya Risdiken jadi pangling bahasa jawanya. jalannya pun tertatih-tatih sambil dorong gerobaknya di sepeda (sepeda gak di naiki, mungkin sudah gak kuat tubuhnya sudah cukup tua banget bisa lihat foto atas). aku pikir anaknya dimana kok sampai setua ini di biarkan jualan, kan kasian, apa anaknya gak mau pedulu?

akhirnya Risdiken telusuri tanya kenalan yang tinggal di sana dan dia kenal juga sama wak Kek aku tanyai. dan dia menuturkan anaknya masih ada kok walau ada yang meninggal 1. ya kemungkinan besar Wak Kek ini sudah jadi kebiasaan hidupnya jualan, walau sudah tua banget di suruh anaknya berhenti toh anaknya sudah bisa menhidupi keluarga ya gak enak aja gak jualan sudah biasanya jualan dari dulu soalnya. jadinya walau sudah di jamin anaknya pun wak kek ini tetap jualan. dan ini memang kebiasaan orang sepuh disini. anak sudah mapan punya rumah bagus, mobil dan lainnya di suruh anaknya berhenti kerja biar bisa santai bersama keluarga ya gak mau tetap ingin jualan walaupun itu susah, untung gak seberapa.

hal itu karena sudah dari dulu terbiasa hidup seperti itu, gak melakukan kegiatan itu gak enak rasanya. toh jualan keliling desa-desa jadi kenal orang banyak dan ngobrol-ngobrol. karena itu walau anaknya sudah hidup enak dan orang tuanya di biayain di enakin pokoknya balas budi lah biar gak susah kayak dulu, tapi malah tetap ingin jualan. gak heran jualan cikok atau jajan pasar di emperan keliling kelihatan seperti orang gak punya setelah tau rumahnya pada kaget, rumahnya bagus dan ada mobilnya. istilahnya nyamar. hidup boleh jauh lebih baik dari dulu, tapi mereka tetap ingin melakukan rutinitas biasanya.

kembali ke Wak Kek ya. melihat kondisi Wak Kek saat ini cukup memperihatinkan,  tapi beliau gak ada yang namanya menyerah berhenti jualan. dia masih ingin melanjutkan hidupnya dan menjalaninya seperti biasanya walau sudah cukup termakan usia. Risdiken cukup salut melihatnya tapi ya kasian. semoga bisa menemukan kebahagiaan bersama keluarganya di rumah. sang penjual pentol Legendaris di tempatku ternyata masih hidup dan terus memperjuangkan hidupnya. Risidken cukup wah gitu rasanya makanya ingin banget menulisnya. sebuah kejutan, 20 tahun di kira meninggal ternyata masih hidup dan sehat.

di usia yang sudah cukup tua beliau masih sanggup bekerja. jadi jaman orang tuaku masih kecil sampai aku sudah kepala 3 ini Wak Kek masih jualan. hmm hebat banget. walau cuma penjual cilok atau pentol tapi tetap menekuni pekerjaannya jadinya di cintai dan di kagumi banyak orang. sampai jumpa di kisah berikutnya.

Pentol/Cilok Wak Kek, enak lho.


No comments: